MANADO – Pemerintah Kota Manado mengambil langkah strategis menjelang Idul Adha dengan menerapkan sistem pemotongan hewan kurban yang terdesentralisasi. Tak lagi terpusat di satu titik, kini masing-masing masjid bertanggung jawab penuh atas pemotongan kurban di wilayahnya.
Langkah ini bukan sekadar efisiensi. Ini soal menjaga lingkungan dan kenyamanan warga. Alih-alih membiarkan limbah kurban menumpuk dan mencemari satu lokasi, sistem ini membuat distribusi limbah lebih terkendali dan tersebar.
Kami dari DLH tidak menangani proses pemotongan, karena kurban adalah ibadah. Tapi kami terlibat dalam sosialisasi dan teknis penanganan limbah, ujar Pontowuisang Kakauhe, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Manado.
Setiap masjid diwajibkan menyiapkan lubang pembuangan darah, kantong plastik limbah, dan sistem penanganan yang tidak mengganggu warga sekitar. Pemerintah memang punya fasilitas pemotongan hewan, tapi untuk Idul Adha, pengelolaan diserahkan sepenuhnya kepada panitia masjid.
Tak hanya itu, DLH juga menegaskan tidak ada dana khusus dari pemerintah untuk kurban, mengingat ini merupakan kegiatan amal dari umat. Karena itu, peran aktif panitia masjid menjadi penentu suksesnya pelaksanaan yang bersih dan tertib.
"Kami sudah imbau sejak jauh hari. Target kami bukan hanya minim limbah, tapi juga memastikan masyarakat nyaman dan lingkungan tetap sehat,” tambah Pontowuisang.
Menariknya, kulit hewan kurban yang biasanya jadi limbah, kini banyak dimanfaatkan langsung oleh warga, menambah nilai dari pendekatan ini.
Model ini sudah dijalankan bertahun-tahun dan terbukti efektif. Kini, Manado tak hanya berkurban, tapi juga berkontribusi menjaga bumi. (*)