Manado — Suasana pagi di Kampung Kodo Lingkungan Satu terasa berbeda pada Hari Raya Iduladha tahun ini. Semangat kebersamaan dan nuansa ibadah begitu kental terasa saat warga dari berbagai kalangan berkumpul untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban.
Di tengah deru takbir yang berkumandang dari masjid setempat, warga mulai berdatangan ke lokasi penyembelihan. Anak-anak berlarian riang, para orang tua menyiapkan perlengkapan, dan para pemuda membantu panitia dengan semangat tinggi. Inilah wajah kekompakan yang sudah menjadi tradisi di kampung ini setiap Iduladha tiba.
Yasir Alkatiri, selaku ketua panitia kurban, menyampaikan bahwa tahun ini mereka berhasil mengumpulkan sembilan ekor kambing dan dua ekor sapi. Semua hewan kurban berasal dari hasil sumbangan dan gotong royong warga yang ingin menunaikan ibadah tahunan ini dengan sepenuh hati.
"Kami pastikan semua hewan yang dikurbankan memenuhi syarat sesuai ajaran Islam. Dua ekor sapi berusia dua tahun, dan kambing-kambing sekitar satu tahun setengah," terang Yasir dengan penuh tanggung jawab.
Penyembelihan dilakukan secara syar’i, menjaga kebersihan dan kehalalan prosesnya. Setelah proses penyembelihan, daging kurban segera dipotong dan dibungkus untuk didistribusikan kepada warga yang membutuhkan di lingkungan Kampung Kodo.
Yang menarik, tak ada satu pun warga yang merasa diabaikan. Panitia membagikan daging dengan adil dan merata, menyasar mereka yang benar-benar membutuhkan. Ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga wujud nyata kepedulian sosial yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Kampung Kodo.
"Harapan kami, daging kurban ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita dan mempererat tali persaudaraan antarwarga," ujar Yasir. Ia juga menambahkan, panitia selalu berupaya melakukan evaluasi setiap tahun agar penyelenggaraan kurban semakin baik.
Bagi masyarakat Kampung Kodo, Iduladha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban. Ini adalah momentum untuk saling peduli, memperkuat ukhuwah, dan menumbuhkan rasa syukur. Semangat ini diharapkan terus terpelihara, tak hanya di hari raya, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. (Franky Lengkong)