Manado - Di tengah terbatasnya lahan pertanian di Kota Manado, sebuah langkah unik dan tak biasa diambil oleh Pemerintah Kota Manado. Bukannya membiarkan lahan kosong di tengah kota terbengkalai, Pemkot justru menyulap median Jalan AA Maramis, Paniki Dua—tepat di depan Markas Komando Brimob—menjadi kebun cabai mini.
Sebanyak 1.200 bibit cabai atau rica ditanam berjajar rapi di antara lalu lalang kendaraan. Sebuah pemandangan yang tak lazim, tapi justru menggugah perhatian warga yang melintas.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado, Pontowuisang Kakauhe, mengungkapkan bahwa ide awalnya adalah menanam bunga hias jenis mayana. Namun, melihat peluang lain, pihaknya memutuskan mencoba hal baru dengan menanam cabai yang bisa memberi manfaat ganda: mempercantik kota sekaligus memperkuat ketahanan pangan.
Di lansir dari manadopos.id kadis DLH menjelaskan, “Awalnya kami berencana menanam bunga, tapi tidak ada salahnya mencoba cabai terlebih dahulu. Kalau berhasil, bisa jadi model urban farming yang menarik,” ujar Kakauhe.
Ia pun mengajak masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat tanaman cabai ini, sebagai bentuk partisipasi dalam program ketahanan pangan nasional. Menurutnya, selain sebagai proyek lingkungan, kebun cabai ini juga menjadi semacam eksperimen kecil: mungkinkah cabai tumbuh subur di tengah kota?
“Tentu perawatannya lebih menantang dibanding di desa, tapi kalau berhasil, hasil panennya akan kita berikan untuk masyarakat,” katanya penuh harap.
Respons warga pun beragam. Ada yang mendukung penuh dan merasa ini adalah inovasi cerdas, namun tak sedikit pula yang ragu apakah tanaman cabai bisa bertahan di tengah polusi dan cuaca ekstrem kota.
Meski begitu, semangat untuk mencoba hal baru dan memberikan manfaat nyata bagi warga tetap menyala. Harapannya, dari kebun kecil di tengah jalan ini, lahir inspirasi besar bagi kota-kota lain di Indonesia.
