Minahasa — Selama bertahun-tahun, warga Tombariri dan Tombariri Timur kerap mengeluhkan sulitnya mengurus dokumen kependudukan. Jarak ke kantor Dukcapil membuat mereka harus mengorbankan waktu, biaya, bahkan pekerjaan sehari-hari.
Namun, Kamis (4/9/2025) menjadi babak baru. Program Jemput Bola (JEBOL) yang digagas Dinas Dukcapil Minahasa menghadirkan layanan langsung ke Desa Sarani Matani. Bukan hanya sekadar formalitas, melainkan solusi nyata yang mengubah wajah pelayanan publik di Minahasa.
“Biasanya saya harus ke Tondano untuk urus KTP. Itu butuh biaya transportasi dan sehari penuh waktu habis di jalan. Sekarang tinggal datang ke balai desa, langsung dilayani,” ungkap seorang warga dengan wajah lega.
Inilah sisi lain dari program JEBOL: memberi ruang keadilan layanan bagi warga desa, yang selama ini kerap terpinggirkan oleh keterbatasan akses.
Wakil Bupati Minahasa, Vanda Sarundajang (Vasung), yang hadir langsung di tengah masyarakat, menegaskan komitmen pemerintah. “Kami ingin pelayanan benar-benar hadir di masyarakat. Jangan sampai ada warga yang terhambat hanya karena jarak,” ujarnya.
Kehadiran pejabat daerah, mulai dari Kadis Dukcapil hingga para hukum tua, memberi sinyal kuat: pelayanan publik di Minahasa sedang bergerak ke arah yang lebih modern dan inklusif.
Lebih dari sekadar dokumen, keberadaan KTP, KK, dan identitas digital membuka akses pada hak-hak dasar masyarakat: mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga bantuan sosial.
Hari itu, Sarani Matani tak hanya menjadi lokasi acara, melainkan saksi lahirnya era baru layanan kependudukan di Minahasa—cepat, praktis, dan merata.


