swaramanadonews.co. Sangihe - Sebuah pemandangan yang menunjukan sikap egois dan tidak disiplin para oknum tenaga medis yang ada di RSUD Liung Paduli Naha, menuai sorotan warga. Pasalnya, Lorong Ruangan Sal yang seharusnya dibuat sebagai jalur penting bagi lalu lintas pasien, perawat, dan petugas medis, meskipun telah dipasang pengumuman oleh pihak management rumah sakit dengan bertuliskan, *" dilarang parkir, "* namun kini berubah menjadi tempat parkir kendaraan pribadi roda dua.
Diduga kuat, peralihan fungsi lorong ini merupakan akibat dari kebiasaan bebal dan tak disiplin dari para oknum tenaga medis yang menjadikan fasilitas kesehatan seakan - akan sebagai milik pribadi, yakni dengan sengaja memarkirkan kendaraan roda dua dengan seenaknya dikiri dan kanan lorong sempit rumah sakit.
Akibatnya, arus lalu lintas penanganan pasien menjadi terhambat apalagi jika ada pasien yang harus dibawa dengan menggunakan tempat tidur atau tandu melewati lorong sal ruangan, pastilah sedikit - banyak, mengalami hambatan akibat ada kendaraan roda dua atau motor yang parkir dikiri dan kanan lorong. Perihal ini tentu bisa mengindikasikan bahwa keselamatan nyawa dan kenyamanan pasien, seakan - akan tidak ada nilainya dibanding kenyamanan parkir mereka !
Padahal, sebagai seorang medis yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk bekerja dibidang sosial kemanusiaan, selayaknyalah lebih mengutamakan kebutuhan atau kepentingan kenyamanan dan keselamatan nyawa pasien, bukannya malah menghalangi jalan hidup pasien dengan cara menciptakan hambatan - hambatan yang sebenarnya dan seharusnya tidak perlu ada.
Salah seorang keluarga pasien, Joni Pananggung / 57 ( L ) warga Kecamatan Manganitu Selatan, bertutur, bahwa dirinya sangat prihatin dengan sikap dan etitut para tenaga medis yang ada di RSUD Liung Paduli.
" astaga ...... ini rumah sakit atau tempat titipan motor ?" ini kan lorong tempat jalan orang dan pasien. Kenapa, dikiri dan kanan, banyak motor yang terparkir. Apalagi, ini lorong yang telaknya dalam gedung sal. Bagaimana bisa ada banyak motor yang masuk dan terparkir dalam gedung. Lantas, jika ada pasien yang harus dibawa dengan menggunakan tempat tidur atau tandu disementara lorongnya menjadi sempit akibat ada motor yang diparkir. " tutur Joni ketika secara tak sengaja bertemu dan bincang - bincang. ( Rabu, 18/06/25 )
Dari penelusuran beberapa awak media on line, swaramanadonews.co, timurpos.com, lacakpos.co.id serta beritasatutv, didapati, memang benar bahwa ada begitu banyak kendaraan roda dua atau motor yang diduga kuat milik dari para oknum tenaga medis RSUD Liung Paduli. Dugaan ini menguat, ketika secara tak sengaja dipergoki ada seorang oknum tenaga medis berpakaian putih layaknya pakaian perawat saat memarkir motornya dilorong teras depan gedung rumah sakit.
Mirisnya lagi, pihak manajemen rumah sakit seolah menutup mata, telinga, dan mulut. Tidak ada sanksi, tidak ada teguran yang keras dan tegas, bahkan tak terdengar sepatah kata klarifikasi. Seakan-akan yang dipertaruhkan bukan nyawa pasien, tapi hanya persoalan remeh - temeh tempat parkir kendaraan.
Ketua LSM LP - KPK Sangihe, Johan Lukas, A.Ma.Te, pun unjuk komentar.
" kondisi ini menurut hemat kami, bukan hanya melanggar etika, tapi juga membahayakan nyawa pasien. Kenapa, sebab, dalam dunia medis, hitungan detik bisa menjadi batas antara hidup dan mati. Tapi, sungguh aneh yang terjadi di RSUD Liung Paduli ini, waktu seakan dipermainkan dan dicuekin demi kemudahan dan kenyamanan parkir para oknum tenaga medis yang tak disiplin dan egois ini. Persoalan lainnya adalah, jika hal berlangsung dan terus saja berlangsung, saya kira ini merupakan bentuk pembangkangan dan tidak menghargai dr. Polideng selaku pimpinan di rumah sakit iitu. Kan sudah ditempel pemberitahuan bahwa dilokasi itu dilarang parkir kendaraan, tapi, para oknum petugas medis, terus dan tetap saja memarkirkan motornya, nah, ini kan namanya tidak mengindahkan atau cuek atau bahkan pandang enteng dengan petunjuk Pimpinan. " ucap Johan
Lebih konkrit, sosok wartawan senior ini mendesak agar pimpinan RS dan KADIS Kesehatan dapat mengambil langkah tegas.
" jadi, dr. Polideng selaku Direktur RSUD Liung Paduli, harus mengambil tindakan tegas tapi terukur terhadap para oknum tenaga medis yang kumabal ini. " tutupnya.
Sementara itu, hingga berita naik kemeja redaksi, Direktur RSUD Liung Paduli, dr. Polideng Dalawir, tidak berhasil dikonfirmasi karena tidak merespon.
Kalau lorong rumah sakit saja bisa disulap jadi tempat parkir, siapa yang bisa menjamin ruang operasi tak dijadikan tempat tidur siang ?
Masyarakat Sangihe menuntut dan menanti jawaban sekilgus tindakan tegas dari pimpinan RSUD Liung Paduli serta pimpinan SKPD dalam hal ini KADIS Kesehatan. Selain itu, KADIS Kesehatan diminta dengan egera bertindak sebelum rumah sakit ini sepenuhnya berubah menjadi lahan pribadi yang nyaman dan bebas dari derasan air hujan dan panas matahari.
Arya _ 173