swaramanadonews co. Sangihe - Beberapa hari berlalu, Publik Sangihe, disuguhkan dengan berita tentang adanya insiden penganiayaan atau pemukulan yang diduga dilakukan oleh oknum Kepala Desa Dalako Bembanehe, RL, atau yang biasa orang menyebut dengan istilah Kapitalaung atau OPLA atau Opo Lao ( Red : dalam bahasa lokal Sangihe ), terhadap seorang oknum wartawan, ES, dengan locus delicti, disebuah ruangan yang ada di Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ( PMD ) Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Tak lama berselang, oknum wartawan ES datang bergabung dalam suasana yang awalnya tampak cair. Namun, ketenangan itu seakan berubah menjadi " bara " ketika ES menyinggung kembali soal proyek Balai Rakyat di Desa Dalako Bembanehe—isu lama yang sudah nyaris padam namun kembali mencuat bak disiram bensin dalam perbincangan panas tersebut.
Tersulut oleh cerita yang menurutnya menyudutkan, OPLA RL diduga langsung berdiri dalam keadaan emosi memuncak, lalu melayangkan pukulan ke arah ES. Beruntung, sampai tidak mengenai wajah maupun tubuh sang wartawan, karena berhasil dielak. Meski tak menyentuh kulit, insiden ini cukup membuat suasana mencekam. Tak tinggal diam, ES kemudian melaporkan tindakan tersebut ke Penyidik RESKRIM POLRES Kepulauan Sangihe, sembari mengangkat kasus itu dalam pemberitaan dimedianya.
Namun, fakta dan narasi dalam berita tersebut rupanya tak sepenuhnya diterima oleh pihak terlapor. Saat dikonfirmasi oleh swaramanadonews.co, OPLA RL pun membeberkan isi hatinya yang penuh kekecewaan.
" Apa yang dinarasikan oleh wartawan ES, tidak semuanya benar dan tidak seperti itu kejadiannya.Tidak benar bahwa kami minum mabuk sambil memutar musik keras - keras bagai ditempat diskotik malam. Memang benar, saya sempat melayangkan pukulan tapi sampai mengenai tubuh si oknum wartawan ES. Hampir terkena, ya, betul, tapi, tidak sampai mengena wajah sebab wartawan ES berhasil menghindar. " tutur OPLA.
Sebaliknya, orang nomor satu di Desa Dalako Bembanehe, RL pun menuding bahwa pemberitaan wartawan ES sudah mengarah pada pencemaran nama baik serta manipulasi fakta yang bisa merusak citra dan reputasinya sebagai seorang Kapitalaung.
Apakah ini soal harga diri ? Atau mungkinkah ada luka lama yang belum sembuh ? Yang pasti, aroma konflik ini belum selesai. Sebab dalam dunia kewartawanan dan kekuasaan, ketika kata-kata dan tinju bertemu, yang keluar adalah luka.
Arya _ 173