MANADO – Kondisi infrastruktur jalan nasional di Kota Bitung, Sulawesi Utara, kini menjadi perhatian serius publik. Jalan penghubung vital antara Manado dan Bitung, khususnya di wilayah Kecamatan Madidir, mengalami kerusakan parah dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Lubang-lubang besar yang tersebar di sepanjang jalur ini tidak hanya menghambat aktivitas ekonomi, tetapi juga mengancam keselamatan para pengguna jalan.
Kota Bitung dikenal sebagai kawasan industri strategis sekaligus gerbang utama ekspor-impor Sulawesi Utara melalui pelabuhan internasionalnya. Setiap hari, ribuan kendaraan berat—termasuk truk tronton roda 16—melintasi jalur ini untuk mendukung mobilitas logistik. Namun, kerusakan jalan yang dibiarkan tanpa penanganan memadai telah memicu pertanyaan besar: apakah Kota Bitung sedang “dianaktirikan”?
Masyarakat dan berbagai pihak menilai bahwa respons dari Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Utara terkesan lamban dan tidak menyentuh akar persoalan. Penanganan yang selama ini dilakukan disebut-sebut hanya bersifat sementara, seperti tambal sulam, tanpa solusi konstruktif untuk jangka panjang.
“Kami bukan sekadar butuh perbaikan seadanya. Jalan ini setiap hari dilewati kendaraan berat, harus ada pembangunan yang menyesuaikan kapasitas dan kebutuhan,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Warga mendesak BPJN Sulut untuk segera melakukan perbaikan menyeluruh yang sesuai dengan standar jalan nasional, guna menunjang keselamatan pengendara dan kelancaran arus logistik. Diperlukan pula sinergi antara pemerintah pusat dan daerah agar infrastruktur vital ini tidak menjadi titik lemah dalam pertumbuhan ekonomi Sulut.
Sebagai kota dengan posisi strategis dan kontribusi besar terhadap perekonomian regional, sudah saatnya Kota Bitung mendapatkan perhatian yang layak dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur jalan nasional.
