MANADO — Di tengah cerahnya pagi Agustus, tawa dan sorak sorai warga menggema dari sebuah lapangan sederhana di Lingkungan 5, Kelurahan Perkamil, Kecamatan Paal Dua. Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 bukan sekadar menjadi agenda rutin, tapi berubah menjadi perayaan kebersamaan yang penuh warna dan makna.
Sejak matahari terbit, warga berbondong-bondong datang. Anak-anak berlarian, para ibu bersenda gurau, dan bapak-bapak mulai memanaskan semangat. Di bawah koordinasi komunitas pemuda Manguni 19, rangkaian lomba tradisional digelar, menghadirkan suasana nostalgia yang membakar semangat dan mempererat ikatan antarwarga.
Lomba-lomba seperti isi paku dalam botol, lari karung, dan tarik tambang anak-anak sukses menyulut gelak tawa. Sorakan makin membahana saat lomba motor lambat dimulai — aksi para bapak-bapak yang berjuang sepelan mungkin justru mengundang tawa paling kencang. Namun, klimaksnya adalah saat warga berkumpul untuk menyaksikan panjat pinang, ajang yang menampilkan kerja sama luar biasa dan solidaritas yang kental di antara para peserta.
“Kegiatan seperti ini bukan hanya soal merayakan hari kemerdekaan, tapi juga memperkuat tali persaudaraan antarwarga,” ujar Ridwan Lamiu, Kepala Lingkungan 5, yang sejak pagi setia mendampingi jalannya acara.
Manguni 19, sebagai penggerak utama, berhasil menunjukkan bahwa generasi muda bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat. Vicky Mintianto, Ketua Muda-Mudi Manguni 19, bersama tokoh muda Denny Patyasina, mengungkapkan rasa haru dan bangga melihat antusiasme luar biasa dari seluruh warga.
“Kami bersyukur karena kegiatan ini direspons hangat, tidak hanya oleh pemuda, tapi juga orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Ini bukti bahwa semangat kemerdekaan masih sangat hidup dan dirayakan dari hati,” kata Vicky.
Tak hanya itu, Lurah Perkamil, Mario Pundoko, SE, juga hadir langsung dan memberikan apresiasi tinggi. Baginya, Lingkungan 5 layak menjadi contoh bagi lingkungan lain yang ingin membangun kebersamaan yang sehat dan harmonis.
“Kegiatan ini memperlihatkan bahwa semangat kemerdekaan bisa diwujudkan lewat hal-hal sederhana, seperti menjaga kebersamaan, kebersihan, dan keamanan bersama,” ujarnya dalam sambutannya.
Perayaan kali ini terasa istimewa juga karena kehadiran para tokoh agama yang turut membaur dan memberikan semangat. Pnt. Naftali Bawataa, M.Pd dan Penatua Ny. Stela Mamesah Mogi bahkan tampak menyemangati langsung anak-anak yang sedang berlaga di lomba tarik tambang. “Ini hiburan rakyat yang sehat, meriah, gratis, dan mengocok perut. Tapi yang paling penting, penuh makna kebersamaan,” ujar Penatua Stela dengan mata berbinar.
Saat senja mulai turun, dan tawa mulai mereda, satu hal tetap terasa kuat di hati setiap orang yang hadir: kemerdekaan tidak hanya dirayakan lewat upacara, tapi lewat kebersamaan yang tulus.
Di Lingkungan 5, Perkamil, semangat 17 Agustus bukan sekadar simbol — ia hidup dalam tawa, dalam peluh, dalam pelukan, dan dalam langkah-langkah kecil menuju Indonesia yang lebih bersatu.