Foto: (Edward Siwi)
Manado - Di tangan Ibu Gubernur Sulawesi Utara, Anik Wandriani, tanaman yang selama ini dianggap gulma pengganggu eceng gondok berubah menjadi sumber ekonomi bernilai tinggi bagi masyarakat.
Melalui berbagai program pemberdayaan perempuan dan UMKM, Anik mendorong pemanfaatan eceng gondok menjadi produk kreatif yang memiliki daya jual tinggi, mulai dari tas, keranjang, hiasan rumah, hingga kerajinan premium untuk pasar wisata.
Ibu Anik menjelaskan bahwa inovasi ini bukan sekadar kegiatan kreatif, tetapi juga solusi lingkungan dan peluang ekonomi. “Eceng gondok yang menumpuk di danau dan sungai selama ini menjadi masalah. Dengan diberdayakan, kita mengurangi pencemaran sekaligus membuka lapangan kerja,” ujarnya dalam sebuah kegiatan pemberdayaan perempuan di Manado.
Program ini dijalankan melalui kerja sama PKK Sulut, komunitas perajin, serta dinas terkait. Bahan baku eceng gondok dikumpulkan, dikeringkan, lalu diolah secara tradisional maupun modern. Hasilnya, berbagai produk UMKM berbahan eceng gondok kini mulai dipasarkan di pusat oleh-oleh, pameran daerah, hingga marketplace digital.
“Di tangan ibu-ibu kreatif Sulut, eceng gondok bukan lagi gulma tapi uang,” tegas Ibu Anik. Ia berharap langkah ini dapat memperluas peluang ekonomi terutama bagi perempuan di desa-desa, sekaligus mengangkat nama Sulawesi Utara sebagai daerah yang inovatif dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Program ini terus berjalan, dan ke depan, Ibu Anik menargetkan agar produk eceng gondok dari Sulut dapat menembus pasar nasional bahkan internasional.
Dengan dukungan pemerintah provinsi, UMKM, dan masyarakat kreatif, Sulawesi Utara kian memperkuat diri sebagai wilayah yang ramah lingkungan dan berdaya saing ekonomi.


