.jpg)
KOTAMOBAGU — Dugaan adanya “backup kuat” di balik aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Lobong, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), kembali mencuat ke permukaan.
Padahal, lokasi tambang tersebut sudah ditertibkan aparat kepolisian pada akhir Januari 2025. Polres Kotamobagu bahkan telah mengamankan sejumlah barang bukti dan memasang garis polisi (police line) di area penambangan ilegal itu.
Namun, fakta di lapangan berkata lain. Sumber terpercaya menyebut bahwa sejumlah alat berat dan peralatan tambang kembali dioperasikan di lokasi tersebut. Bahkan, ada dugaan alat-alat baru telah dibeli untuk melanjutkan kegiatan ekstraksi emas secara diam-diam.
“Mereka berani buka lagi setelah sempat ditutup. Artinya pasti ada yang membekingi,” ujar salah satu warga Lobong yang meminta identitasnya dirahasiakan, Minggu (9/11/2025).
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar soal komitmen penegakan hukum. Pasalnya, aktivitas PETI bukan hanya melanggar aturan, tetapi juga mengancam keselamatan pekerja dan merusak lingkungan, terutama jika menggunakan merkuri atau sianida dalam proses pengolahan.
Selain itu, lokasi tambang yang berada di area terbuka dan mudah diakses menimbulkan potensi longsor dan kecelakaan fatal.
Publik kini mendesak agar Polres Kotamobagu, Pemkab Bolmong, dan Pemprov Sulut tidak tinggal diam. Penertiban tanpa pengawasan lanjutan dinilai hanya jadi formalitas dan tidak memberi efek jera bagi pelaku PETI yang semakin nekat.
“Kalau dibiarkan seperti ini, sama saja aparat kalah oleh tambang ilegal,” tegas aktivis lingkungan yang ikut memantau aktivitas di wilayah tersebut.
Kini, masyarakat menunggu tindakan tegas dari aparat dan pemerintah daerah untuk menjawab pertanyaan yang mulai ramai dibicarakan:
Siapa sebenarnya yang membekingi PETI Lobong?
.jpg)
