Manado – Di tengah luka mendalam yang masih membekas akibat tragedi kebakaran Panti Werdha Damai Ranomuut, secercah harapan datang dari Jakarta. Uluran tangan kemanusiaan itu hadir langsung dari Utusan Khusus Presiden Bidang Energi sekaligus pimpinan Arsari Group, Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.
Tak sekadar menyampaikan empati, Hashim membuktikan kepeduliannya lewat tindakan nyata. Bersama pengusaha nasional Engel Glendy Sahanggamu, ia menyalurkan bantuan kemanusiaan senilai Rp250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) untuk mendukung pembangunan kembali Panti Werdha Damai, yang sebelumnya hangus dilalap api dalam peristiwa memilukan.
Panti tersebut merupakan rumah terakhir bagi para lansia yang menjadi korban kebakaran hebat dan menewaskan 16 jiwa, mayoritas lanjut usia. Tragedi itu menyisakan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat Sulawesi Utara secara luas.
Bantuan kemanusiaan ini diserahkan melalui Staf Khusus Gubernur Sulawesi Utara, Recky Langie, dan akan ditransfer langsung ke rekening Yayasan Panti Werdha Damai.
Dana tersebut diperuntukkan bagi pemulihan kerusakan serta percepatan pembangunan kembali fasilitas panti agar dapat kembali layak dan aman bagi para penghuninya.
Recky Langie menegaskan bahwa bantuan ini merupakan wujud kepedulian pribadi Hashim Djojohadikusumo, bukan sekadar formalitas jabatan.
“Pak Hashim menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas wafatnya para lansia dalam tragedi ini. Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban yayasan dan mempercepat proses pemulihan serta pembangunan kembali panti,” ujar Recky.
Lebih lanjut, Recky juga menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan di panti-panti sosial, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
“Ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perlindungan dan keselamatan lansia harus menjadi perhatian serius bersama,” tambahnya.
Bantuan dari Hashim Djojohadikusumo dan Arsari Group ini sekaligus menegaskan komitmen kemanusiaan para tokoh bangsa untuk hadir di tengah rakyat saat musibah melanda. Di balik nominal yang besar, tersimpan pesan moral yang kuat: negara tidak boleh absen ketika warganya terluka.
Di atas puing-puing duka dan air mata, bantuan ini menjadi nyala kecil harapan—bahwa dari tragedi, masih ada kepedulian, dan dari kehancuran, kehidupan bisa dibangun kembali.


