Manado – Suara tangis lirih masih terdengar di sebuah rumah sederhana di Manado. Katroce Yanis, ibu dari Reynaldi Kevin Sampel, masih memeluk seragam sekolah yang tak lagi dipakai oleh anaknya yang tercinta. Reynaldi, siswa kelas akhir SMK Negeri 3 Manado, meninggal dunia saat menjalani praktik kerja lapangan di Swiss-Belhotel Maleosan pada pertengahan September 2024.
Tangga darurat hotel menjadi saksi bisu tragedi yang merenggut nyawa Reynaldi. Pada pagi itu, Reynaldi berangkat dengan senyum, namun pulangnya sudah dalam keadaan terbujur kaku. Meskipun insiden tersebut telah diakui sebagai kecelakaan kerja oleh Kementerian dan Dinas Tenaga Kerja, serta diberikan santunan sebesar Rp174 juta, bagi Katroce, semua itu hanyalah angka yang tidak bisa menghapuskan luka di hatinya.
Dengan penuh keputusasaan, Katroce menggantungkan harapan pada kekuatan masyarakat adat. Bersama Ormas Adat Brigade Nusa Utara, ia mencari keadilan melalui jalur nonformal yang dianggapnya lebih memahami nilai-nilai moral yang sejati. Stenly Sendouw, Ketua Umum Brigade Nusa Utara, menegaskan bahwa ini bukan sekadar kecelakaan, tetapi ada tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh pihak hotel, bahkan jika perlu mencabut izin usaha mereka.
Tragedi Reynaldi menjadi sorotan, bahkan dibahas dalam Kongres Serikat Buruh di Jakarta awal tahun ini, mengungkapkan lemahnya perlindungan terhadap siswa magang. Sebuah sistem pemagangan yang semestinya menjadi jembatan menuju dunia profesional, ternyata memiliki celah besar yang bisa berujung pada tragedi.
Di balik surat keputusan dan dokumen resmi, di hati Katroce, Reynaldi akan selalu menjadi simbol perjuangan. "Saya hanya ingin keadilan. Jangan ada lagi Reynaldi lain yang menjadi korban," ujarnya dengan suara bergetar. Kini, meski langkah Reynaldi terhenti di tangga darurat, suaranya terus bergema melalui perjuangan ibunya, ormas adat, dan mereka yang peduli akan keadilan.