Manado – Di tengah era digital dan disrupsi informasi, satu musuh lama tetap bertahan dan terus menggerogoti: korupsi. Ia tak berseragam, tak berbendera, tapi kehadirannya menghancurkan lebih cepat dari perang.
Dan pagi itu, Kamis (5/6/2025), Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menyerukan perlawanan terbuka. Di hadapan ratusan mahasiswa Kristen Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), suara tegas Gubernur Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus SE menggema melalui Kadis Kominfo, Evans Steven Liow SSos MM.
“Korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum. Ia adalah penyakit yang merusak kepercayaan, menghancurkan keadilan, dan membunuh masa depan,” seru Liow, membacakan sambutan gubernur di Aula BPMP Sulut.
Tak ada basa-basi. Sambutan itu bukan sekadar pidato seremonial—ia adalah alarm keras, panggilan untuk bergerak. Pemerintah, kata Gubernur, tidak bisa melawan sendiri. Perlu barisan yang kuat: dunia pendidikan, organisasi keagamaan, dan terutama—generasi muda.
“Adik-adik mahasiswa, kalian bukan penonton. Kalian pemain utama dalam membentuk peradaban yang bersih,” tegas Liow. “Kita butuh garda terdepan yang bukan hanya cerdas, tapi juga berani berkata tidak pada korupsi.”
Sulut bukan sedang membangun kampus pintar. Sulut sedang membangun manusia yang jujur. Itulah kenapa pendidikan bukan hanya tentang nilai akademik, tapi juga moral dan etika publik.
Pemerintah Provinsi menggelar berbagai program edukatif: seminar etika, pelatihan anti-korupsi, dan pembinaan karakter, dengan harapan satu: lahirnya generasi yang berani bersih.
Di akhir sambutan, Gubernur menitipkan harapan sederhana namun besar: “Bawalah semangat pelayanan. Bawalah kejujuran ke tengah masyarakat. Jangan jadi bagian dari masalah.”
Dan para mahasiswa menyambutnya, bukan dengan tepuk tangan kosong, tapi dengan mata yang menyala—karena mereka tahu, perang ini nyata, dan mereka sedang dipanggil untuk bertempur.