Iklan

Iklan

Rawat Indonesia dengan Kasih: Seruan Damai Ferdinand Watti Usai Insiden Cidahu

Swara Manado News
Senin, 30 Juni 2025, 19:15 WIB Last Updated 2025-06-30T11:15:20Z


Nasional
— Di tengah riuhnya perdebatan publik dan kecaman di media sosial pasca insiden pembubaran kegiatan ibadah di Cidahu, Sukabumi, muncul suara yang menenangkan dari seorang tokoh lintas iman. Pdt. Dr. Ferdinand Watti, S.Th., M.Th., Ketua Umum Badan Kerjasama Gereja dan Lembaga Kristen Indonesia (BKSG‑LKI), tampil dengan pesan yang berbeda: bukan amarah, tetapi pengampunan.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan dengan nada tegas namun teduh, Ferdinand mengajak umat Kristen di seluruh Indonesia untuk tidak terprovokasi. Baginya, respons terbaik terhadap ketidakadilan bukanlah balas dendam, melainkan doa dan sikap damai.

“Umat Kristen jangan terprovokasi, tetapi mari kita doakan mereka. Serahkan persoalan ini kepada aparat kepolisian dan yang berwenang,” ujarnya.

Pernyataan itu menyusul beredarnya video viral yang memperlihatkan sekelompok warga mendatangi sebuah villa yang digunakan sebagai lokasi retret rohani. Bentrokan terjadi, dan fasilitas di dalam bangunan tersebut—seperti jendela dan perlengkapan ibadah—dilaporkan mengalami kerusakan. Diduga, insiden bermula dari kesalahpahaman soal status perizinan bangunan sebagai tempat ibadah.

Alih-alih membakar emosi, Ferdinand Watti—yang juga dikenal sebagai Ketua Umum Relawan Kita Prabowo (KIPRA) dan Kejayaan Nusa Antara Cerdas—mengajak semua pihak untuk menjadikan peristiwa ini sebagai momen reflektif. Ia menekankan pentingnya memperkuat moderasi beragama di tengah tantangan keberagaman bangsa.

“Peristiwa ini harus jadi titik balik untuk mempererat persaudaraan antarumat beragama. Kita semua harus belajar untuk saling memahami, bukan saling mencurigai,” ucapnya.

Suara Ferdinand seolah menjadi oase di tengah padang tandus konflik horizontal yang kerap muncul akibat miskomunikasi atau intoleransi. Ia tidak sendiri. Sejumlah tokoh lintas agama dan masyarakat sipil turut menyerukan hal serupa: perlunya memperbaiki sistem perizinan rumah ibadah agar kejadian semacam ini tak berulang.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, juga bersuara. Ia menegaskan bahwa negara tidak boleh absen. Kebebasan beragama, kata Dedi, adalah hak konstitusional yang harus dijamin.

Namun, dari semua respons yang muncul, pesan Ferdinand terasa paling membumi. Ia tidak hanya bicara soal hukum, tetapi soal hati—tentang bagaimana masyarakat bisa kembali saling percaya dan saling merangkul, bukan mencurigai.

“Mari kita rawat Indonesia dengan kasih, bukan dengan kebencian. Jangan biarkan satu kejadian merusak persaudaraan yang sudah kita bangun bersama,” tutupnya.

Di saat banyak pihak memilih jalan konfrontasi, Ferdinand memilih jalan kasih. Dan mungkin, di situlah letak kekuatan terbesar seorang pemimpin: mampu meneduhkan badai dengan satu kata damai.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Rawat Indonesia dengan Kasih: Seruan Damai Ferdinand Watti Usai Insiden Cidahu

Terkini

Iklan