Boltim - Ketegangan di lokasi Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Tobongon, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), kembali memuncak! Konflik yang meletus pada Rabu (6/11/2025) itu berujung pada aksi brutal pengrusakan dan pembakaran fasilitas tambang, termasuk kem, tenda, dan sejumlah peralatan penting milik para penambang.
Salah satu pihak yang menjadi korban, Dolvi Mariay, selaku penanggung jawab lokasi tambang, angkat bicara dengan nada tegas. Ia memastikan tak akan tinggal diam dan siap menempuh jalur hukum demi mendapatkan keadilan.
“Kami sangat dirugikan atas kejadian ini. Ada banyak fasilitas yang dibakar dan dirusak tanpa alasan jelas. Saya pastikan kasus ini akan saya bawa ke ranah hukum,” tegas Dolvi dengan nada geram.
Menurut penjelasan Dolvi, konflik antara dua kelompok penambang di area tersebut bukan hal baru. Perselisihan telah terjadi sejak Agustus 2025 lalu, ketika dua lubang pengambilan material yang berdekatan saling tembus dan menimbulkan kesalahpahaman. Saat itu, Polres Boltim sudah memfasilitasi perdamaian dan penandatanganan surat kesepakatan bersama, yang seharusnya mengakhiri konflik.
Namun, perdamaian itu rupanya hanya sementara. Ketegangan kembali pecah hingga menimbulkan kerugian besar.
“Kami sudah beritikad baik, tapi ternyata situasi di lapangan kembali rusuh. Maka dari itu, kami serahkan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum untuk memproses sesuai aturan yang berlaku,” ujar Dolvi.
Meski demikian, Dolvi tetap bersyukur karena tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang nyaris memicu bentrokan besar itu.
Ia berharap aparat bertindak cepat agar situasi di Tobongon kembali kondusif dan tidak ada lagi tindakan anarkistis di kawasan tambang rakyat tersebut.
“Hukum harus ditegakkan! Jangan ada lagi yang main hakim sendiri!” tutup Dolvi dengan tegas.
Penulis: 7@m
