Manado - Malam Minggu yang mestinya tenang berubah menjadi malam paling kelam bagi Kota Manado.
Sekitar pukul 20.24 WITA, Minggu (28/12/2025), kobaran api tanpa ampun melahap Panti Werda Damai di Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua. Tempat yang selama ini menjadi rumah terakhir para lansia itu seketika berubah menjadi lorong kematian, jerit kepanikan, dan duka tak terperi.
Api menyambar cepat, membumbung tinggi, mengurung bangunan dan memutus jalan keluar. Di balik dinding yang terbakar, para oma dan opa yang telah renta berjuang menyelamatkan diri dengan sisa tenaga yang ada. Namun waktu dan api tak berpihak.
Sebanyak 16 jiwa lansia ditemukan meninggal dunia, terperangkap asap pekat dan panas yang tak memberi ampun. Senja kehidupan mereka berakhir tragis, tanpa sempat mengucap salam perpisahan.
Tangisan histeris pecah di sekitar lokasi. Warga berhamburan membantu dengan peralatan seadanya, sementara lima unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan. Petugas Damkar, polisi, dan warga berpacu dengan waktu, menembus asap dan puing bangunan yang hampir roboh, demi menyelamatkan mereka yang masih bisa diselamatkan.
Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid, SIK, menyatakan bahwa penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
“Penyebab kebakaran belum diketahui. Masih menunggu hasil olah TKP,” tegasnya di lokasi yang masih berasap dan dipenuhi kesedihan.
Kepedihan makin menusuk ketika Sekretaris Daerah Kota Manado, dr. Steaven Dandel, memastikan jumlah korban jiwa.
“Ada 16 jenazah yang ditemukan di lokasi,” ucapnya lirih, di tengah suasana duka.
Seluruh jenazah dievakuasi ke RS Bhayangkara Manado untuk proses identifikasi. Hingga larut malam, lokasi tragedi masih dipasangi garis polisi dan dijaga ketat aparat gabungan.
Di balik hitamnya malam, masih tersisa secercah harapan. Beberapa penghuni panti berhasil selamat, meski trauma mendalam membekas di wajah mereka. Para penyintas itu adalah Ibu Olfa Sumual (76) selaku Ketua/Pengurus Panti, Oma Rike Kaligis (73), Oma Meiske Merke (60), Opa Christian Yusuf (52), Opa Petrus Fredy (83), Oma Stien Walelenh (80), Oma Chia Chin Hin (92), Oma Olin Kopalit (61), Opa Joppy Wahani (70), Opa Paulus Kaonang (70), Oma Jetty Kandou (86), Oma Stien Gerungan (70), Oma Yutindam (70), Oma Kean She Poe (68), Oma Rolin Rumeen (64), dan Oma Lao Kim Hoa (73).
Tragedi kebakaran Panti Werda Damai bukan sekadar musibah, melainkan luka kolektif bagi Manado. Di tempat yang seharusnya menjadi pelabuhan damai di usia senja, api justru datang sebagai penutup kehidupan yang kejam.
Doa, air mata, dan duka mendalam kini mengiringi 16 lansia yang berpulang, sementara publik menanti keadilan dan jawaban: apa yang sebenarnya menjadi penyebab neraka api di Panti Werda Damai Manado?


