Manado — Kinerja Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. R. D. Kandou Manado menjadi sorotan tajam setelah Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, menyampaikan keprihatinan mendalam terkait sejumlah laporan buruk pelayanan di rumah sakit rujukan tersebut.
Dalam Rapat Paripurna DPRD Sulut yang digelar Selasa lalu, Yulius mengaku telah menerima berbagai aduan masyarakat mengenai RSUP Kandou, termasuk kasus kematian tragis Gabriel Sineleyan (19) yang diduga disebabkan oleh keterlambatan penanganan medis.
"Kita sudah dengar cerita dengan rumah sakit ini. Jadi kita sering komunikasikan ini, untuk ke depan bagaimana agar jadi lebih baik," ujar Yulius di hadapan anggota DPRD dan pejabat daerah.
Gabriel dilaporkan tidak mendapat penanganan operasi selama hampir dua bulan akibat kerusakan alat medis yang belum diperbaiki. Fraksi Partai Demokrat menyebut kasus ini sebagai bentuk kelalaian fatal dalam sistem pelayanan kesehatan.
Anggota Fraksi Demokrat, Henry Walukow, menegaskan bahwa tragedi ini adalah tamparan bagi dunia medis di Sulut.
"Ini sangat memilukan. Apalagi ini terjadi di kampung halaman Presiden Prabowo Subianto. Jangan sampai nyawa manusia hanya jadi angka statistik," katanya tegas.
Meski RSUP Kandou berada di bawah kewenangan Kementerian Kesehatan, Gubernur Yulius berjanji akan memanggil manajemen rumah sakit untuk dimintai penjelasan resmi. Ia juga berkomitmen membawa isu ini ke tingkat pusat.
“Yang meninggal di RS Kandou, itu akan kita koordinasikan kembali. Tentunya akan kami panggil pihak manajemen untuk kita minta keterangan,” tegas Yulius.
Kasus Gabriel membuka kembali luka lama soal rendahnya kualitas layanan medis di rumah sakit pemerintah, terutama soal keterbatasan alat, sumber daya manusia, dan responsivitas dalam kondisi darurat. Masyarakat mendesak agar kejadian seperti ini tidak terulang, dan agar audit menyeluruh segera dilakukan terhadap fasilitas serta sistem pelayanan RSUP Kandou.
