Dialah Javier Reihan Mario Djarang, atlet muda berkebutuhan khusus yang kini mengharumkan nama Sulut lewat cabang tenis meja. Tapi di balik setiap pukulan akuratnya, berdiri satu sosok yang selalu mendampingi — Christian Yokung, Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Olahraga.
Christian bukan datang untuk formalitas. Ia datang untuk mengawal, menyemangati, dan memastikan anak-anak Sulut merasakan bahwa daerahnya hadir untuk mereka.
“Ini bukan hanya tentang medali, tapi tentang hati,” ujar Christian kepada Sulutnow.com, Senin (3/11/2025).
“Tentang bagaimana kita hadir bagi anak-anak yang berjuang membawa nama Sulawesi Utara.”
Di barisan penonton, Christian berdiri tegak. Tatapannya tak pernah lepas dari Javier. Setiap bola yang memantul, setiap keringat yang menetes, adalah kisah tentang keberanian melampaui keterbatasan.
Sulut sendiri mengikuti empat cabang olahraga di Peparpenas — tenis meja, bulutangkis, atletik, dan renang. Namun, kisah Javier mencuri perhatian. Anak muda ini tidak hanya melawan lawan di depan mata, tapi juga menaklukkan tantangan dalam dirinya sendiri.
“Saya cuma ingin bikin Sulut bangga,” kata Javier lirih sebelum bertanding.
Kalimat sederhana itu membuat seluruh ruangan hening. Christian menatap kursi roda yang kini bukan lagi simbol keterbatasan — melainkan simbol keberanian dan harga diri.
Pertandingan berjalan menegangkan. Javier mengayunkan bet dengan kecepatan luar biasa, bola-bola kecil itu memantul bagai denyut semangat Sulut yang tak pernah padam.
“Di atas kursi roda itu saya melihat keberanian yang utuh,” kata Christian.
“Anak ini tidak butuh belas kasihan. Ia hanya butuh kesempatan untuk menunjukkan bahwa ia mampu.”
Perhatian besar terhadap olahraga dan disabilitas ini sejalan dengan visi Gubernur Sulut, Yulius Selvanus, yang menempatkan olahraga sebagai bagian dari pembangunan manusia Sulawesi Utara.
Christian, yang ditugaskan langsung oleh Gubernur, mengaku bangga menjadi bagian dari perjuangan itu.
“Pak Gubernur selalu bilang, olahraga bukan cuma soal medali. Tapi soal karakter, daya juang, dan kehadiran pemerintah di sisi rakyatnya,” ujarnya.
Usai pertandingan, Javier tersenyum dan menyalami Christian.
“Kamu sudah menang sejak kamu berani datang ke sini,” kata Christian pelan sambil menepuk bahunya.
Malam itu, Christian mengirim pesan kepada Gubernur:
“Pak, anak-anak Sulut bersemangat tinggi. Mereka berjuang bukan karena ingin terkenal, tapi karena mencintai daerahnya.”
Pesan sederhana yang menutup hari panjang penuh makna.
Sebab di balik kursi roda, peluh, dan air mata, ada satu pesan besar dari Jakarta untuk seluruh rakyat Sulut,
Bahwa kemenangan sejati bukan di podium, tapi di hati yang berani.


