Manado, SMNC - Di antara debu tambang dan suara palu yang memecah batu, Yuni Wahyuni pernah melihat air mata seorang penambang tua. Lelaki itu berkata lirih, “Kami hanya ingin hidup dari tanah kami sendiri, tapi selalu dianggap salah.”
Kalimat itu membekas di hati Yuni — seorang perempuan yang tak pernah berhenti memperjuangkan suara mereka yang sering diabaikan.
Hari itu, ketika ia mendengar Gubernur Yulius Selvanus Komaling, SE turun tangan memperjuangkan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR), Yuni menangis — bukan karena sedih, tapi karena harapan yang lama padam kini mulai menyala kembali.
“Pak Gubernur Yulius bukan sekadar pemimpin. Beliau pejuang sejati rakyat tambang. Saat banyak yang memilih diam, beliau justru berdiri di barisan terdepan,” ucap Yuni dengan mata berkaca-kaca, Sabtu (9/11/2025).
Bagi Yuni, perjuangan Yulius Komaling bukan hanya tentang izin tambang, melainkan tentang harga diri manusia. Tentang hak rakyat kecil untuk hidup, bekerja, dan diakui di tanahnya sendiri. Ia tahu benar bagaimana getirnya nasib para penambang rakyat yang kerap dituduh, diburu, bahkan ditindas tanpa diberi ruang untuk membela diri.
“Beliau tidak bicara dari balik meja. Beliau datang ke lapangan, mendengar keluhan, dan berani melawan arus. Itu bukan hal biasa — itu keberanian yang lahir dari hati,” tegas Yuni.
Langkah Gubernur Yulius membuka ruang dialog dan memperjuangkan legalitas tambang rakyat menjadi titik balik sejarah di Sulawesi Utara. Sebuah babak baru di mana negara akhirnya hadir bukan sebagai penindas, tapi pelindung bagi warganya.
Yuni menyebut momen ini sebagai revolusi tambang rakyat — sebuah gerakan yang mengubah ketakutan menjadi keyakinan, dan menjadikan keringat rakyat sebagai bagian sah dari kemajuan daerah.
“Inilah bentuk keadilan yang sesungguhnya. Penambang tak lagi jadi pelaku, tapi pahlawan ekonomi lokal. Dan Pak Gubernur Yulius telah membuka pintu itu,” ujar Yuni dengan suara bergetar.
Kini, setiap kali Yuni melangkah ke kampung-kampung tambang, ia melihat sesuatu yang dulu jarang ia temui: senyum dan semangat baru di wajah para penambang. Mereka tak lagi bersembunyi, tak lagi takut.
Semua berawal dari satu langkah berani seorang pemimpin yang memilih berpihak kepada mereka.
“Sulawesi Utara beruntung punya Gubernur seperti Pak Yulius,” kata Yuni pelan. “Beliau sedang menulis sejarah — bukan dengan pena, tapi dengan keberanian dan cinta pada rakyatnya.”
Di balik debu tambang, di antara karang dan tanah yang diolah rakyat kecil, kini berkibar secercah harapan baru. Dan nama Yulius Selvanus Komaling akan selalu diingat — sebagai pemimpin yang membuat tambang rakyat kembali bermartabat, dan sebagai cahaya bagi perjuangan yang tak pernah padam.
